baca dulu...
Tetanus yang juga dikenal dengan lockjaw
[1], merupakan penyakit yang disebakan
oleh tetanospasmin, yaitu sejenis neurotoksin yang diproduksi
oleh Clostridium tetani yang menginfeksi sistem urat saraf dan otot sehingga saraf dan otot menjadi kaku
(rigid).[1] Kitasato
merupakan orang pertama yang berhasil mengisolasi organisme dari korban manusia yang terkena
tetanus dan juga melaporkan bahwa toksinnya dapat dinetralisasi dengan antibodi yang spesifik.[1] Kata tetanus
diambil dari bahasa
Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti
menegang.[2] Penyakit ini
adalah penyakit infeksi di saat spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw),
spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme
glotal, kejang, dan paralisis pernapasan.[3]
- 1 Karakteristik Clostridium tetani
- 2 Patogenesis dan patofisiologi
- 3 Pengobatan
- 4 Prognosis
- 5 Pencegahan
- 6 Referensi
- 7 Pranala luar
C.
tetani
termasuk dalam bakteri Gram positif, anaerob obligat, dapat membentuk spora, dan
berbentuk drumstick.[4] Spora yang
dibentuk oleh C. tetani ini sangat resisten terhadap panas dan antiseptik.[3] Ia dapat tahan
walaupun telah diautoklaf (1210C, 10-15 menit) dan juga resisten
terhadap fenol dan agen kimia
lainnya.[3] Bakteri Clostridium
tetani ini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia dan hewan
peliharaan dan di daerah pertanian.[1][5] Umumnya, spora
bakteri ini terdistribusi pada tanah dan saluran penceranaan serta feses dari kuda, domba, anjing, kucing, tikus,
babi, dan ayam.[3] Ketika bakteri
tersebut berada di dalam tubuh, ia akan menghasilkan neurotoksin (sejenis
protein yang bertindak sebagai racun yang menyerang bagian sistem saraf).[1] C. tetani
menghasilkan dua buah eksotoksin, yaitu tetanolysin dan tetanospasmin.[6] Fungsi dari
tetanoysin tidak diketahui dengan pasti, namun juga dapat memengaruhi tetanus.[1] Tetanospasmin
merupakan toksin yang cukup kuat.[6]
Tetanus
disebabkan neurotoksin
(tetanospasmin) dari bakteri
Gram positif anaerob, Clostridium tetani, dengan mula-mula 1 hingga 2
minggu setelah inokulasi
bentuk spora ke dalam darah tubuh yang mengalami cedera (periode
inkubasi).[4][7] Penyakit ini
merupakan 1 dari 4 penyakit penting yang manifestasi klinis utamanya adalah hasil dari
pengaruh kekuatan eksotoksin
(tetanus, gas ganggren, dipteri, botulisme).[2] Tempat masuknya
kuman penyakit ini bisa berupa luka yang dalam yang berhubungan dengan
kerusakan jaringan lokal, tertanamnya benda asing atau sepsis dengan
kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dan kecil atau luka geser yang
terkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki yang berhubungan
dengan patah tulang jari dan luka pada pembedahan.[5]
Pada
keadaan anaerobik, spora bakteri
ini akan bergerminasi menjadi sel vegetatif.[3] Selanjutnya, toksin akan diproduksi dan
menyebar ke seluruh bagian tubuh melalui peredaran darah dan sistem limpa.[3] Toksin tersebut
akan beraktivitas pada tempat-tempat tertentu seperti pusat sistem saraf
termasuk otak.[3] Gejala kronis
yang ditimbulkan dari toksin tersebut adalah dengan memblok pelepasan dari neurotransmiter sehingga
terjadi kontraksi otot yang tidak terkontrol.[3] Akibat dari
tetanus adalah rigid paralysis (kehilangan kemampuan untuk bergerak) pada
voluntary muscles (otot yang geraknya dapat dikontrol), sering disebut
lockjaw karena biasanya pertama kali muncul pada otot rahang dan wajah.[8] Kematian biasanya
disebabkan oleh kegagalan pernapasan dan rasio kematian sangatlah tinggi.[3]
Untuk
menetralisir racun, diberikan immunoglobulin tetanus.[7] Antibiotik tetrasiklin dan
penisilin diberikan untuk mencegah pembentukan racun lebih lanjut, supaya racun
yang ada mati.[7]
Obat
lainnya bisa diberikan untuk menenangkan penderita, mengendalikan kejang dan mengendurkan
otot-otot.[7] Penderita
biasanya dirawat di rumah sakit dan ditempatkan dalam ruangan yang tenang.[7] Untuk infeksi menengah sampai
berat, mungkin perlu dipasang ventilator untuk membantu pernapasan.[7]
Makanan
diberikan melalui infus atau selang nasogastrik.[9] Untuk membuang
kotoran, dipasang kateter.[9] Penderita
sebaiknya berbaring bergantian miring ke kiri atau ke kanan dan dipaksa untuk
batuk guna mencegah terjadinya pneumonia.[9]
Untuk
mengurangi nyeri diberikan kodein.[9] Obat lainnya bisa
diberikan untuk mengendalikan tekanan
darah dan denyut jantung. Setelah sembuh, harus diberikan vaksinasi lengkap karena
infeksi tetanus tidak memberikan kekebalan terhadap infeksi berikutnya.
Tetanus
memiliki angka kematian sampai 50%.[2] Kematian biasanya
terjadi pada penderita yang sangat muda, sangat tua dan pemakai obat suntik.[2] Jika gejalanya
memburuk dengan segera atau jika pengobatan tertunda maka prognosisnya akan menjadi buruk.[2]
Mencegah
tetanus melalui vaksinasi adalah jauh lebih baik daripada mengobatinya.[10] Pada anak-anak,
vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus).[10] Bagi yang sudah
dewasa sebaiknya menerima booster.[10]
Setiap
luka (terutama luka tusukan yang dalam) harus dibersihkan secara seksama karena
kotoran dan jaringan mati akan
mempermudah pertumbuhan bakteri
Clostridium
tetani.[10] Bagi orang yang
rentan terhadap luka (luka tertutup, misalnya tertusuk paku dan bukannya luka
terbuka yang mengeluarkan darah mengalir) perlu dilakukan vaksinasi toksoid.
No comments:
Post a Comment