Satria Dari Pulau
Madura
Dahulu kala ada sebuah pintu gerbang
Keraton Majapahit peninggalan dari Raden Wijaya pendiri kerajaan Majapahit yang
pertama kali. Bangunan itu kokoh dan megah. lama kelamaan bangunan yang megah
itu rusak berat, karena sudah dimakan usia yang begitu tua dan juga tertimpa
gempa bumi. Melihat rusaknya pintu gerbang Keraton Majapahit, kemudian sang
Raja punya keinginan untuk membangun kembali, sebagaimana yang telah dibangun
dengan megah oleh Raden Wijaya. Dengan rencana yang sudah matang ini, lalu
semua tukang bangunan dan empu disuruh berkumpul perlu membangun pintu gerbang
Keraton tersebut. Para tukang membanting tulang siang dan malam secara
bergantian, sehingga pembangunan itu berjalan terus-menerus tanpa
henti-hentinya.
Tetapi di sini terjadi keanehan,
karena setiap kali bagian atas pintu gerbang itu selesai dengan baik dan megah
secara mendadak roboh berantakan. Kejadian aneh ini sampai berulang-ulang
hingga ketiga kalinya. Kemudian dari sekian banyak tukang dan empu itu ada
salah satu orang bersemedi, dia seorang empu sakti dari pulau Madura. Sewaktu
berhari-hari bersemedi, lalu ia mendengarkan suara ghaib, bahwasannya yang
bisa menegakkan pintu gerbang Keraton Majapahit, yaitu cucunya sendiri yang bertempat
di Madura, yakni Joko Tole. Hasil dari semedi ini disampaikan kepada sang raja,
kemudian mendapat persetujuan raja, Joko Tole dipanggil supaya datang ke
ibukota Majapahit. Dia datang dengan badan tegap dan tampan, tetapi
berpenampilan sederhana dan langsung memberi hormat dihadapan sang raja
Majapahit.
Hai pemuda! Benarkah kamu sanggup
menegakkan pintu gerbang yang sedang saya bangun ini? Tanya Raja. Hamba akan
berusaha dengan maksimal sesuai dengan kemampuanku. Hai Joko Tole ketahuilah,
bahwa para Empu sudah mengerahkan semua para tukang untuk membangun dan
menyelesaikan pintu gerbang tersebut. Seandainya kamu tidak mampu membantu
mereka menegakkan pintu gerbang itu, maka kau, kakekmu dan semua empu yang
bergabung dalam pembangunan ini akan mendapatkan hukuman berat.
Hamba Gusti Prabu……..
Seandainya kau
berhasil membantu para embu dan orang-orang yang terlibat dalam
pembangunan itu, maka kamu akan mendapatkan hadiah dariku.
Pada siang itu Joko Tole siap
membantu para empu untuk menegakkan pintu gerbang keraton tersebut. Dia memang
benar-benar punya keahlian di bidang pembangunan. Pertama kali dia merintis
pondamen pintu gerbang yang kuat, yaitu dengan menggunakan batu-batu yang besar
lagi kuat. Setelah itu dia berusaha membuat bahan perekat untuk menyusun
batu-batu di atas pondamen itu. Joko Tole bekerja membanting tulang siang dan
malam. Dalam legenda telah disebutkan, bahwa suatu saat Joko Tole dibakar di
atas belanga yang sangat besar, lalu keluar dari pusarnya cairan perekat
(sebangsa semen). Di sekujur badan Joko Tole bercucuran keringat dan menjadi
bahan perekat yang sangat mujarab untuk mengokohkan serta menegakkan pintu
gerbang Keraton Majapahit.
Dengan kerja keras yang dilakukan
oleh Joko Tole serta para empu itu, maka tercapailah menegakkan dan mengokohkan
pintu gerbang Keraton Majapahit, sehingga berhasil dengan sukses rencana
tersebut. Melihat kenyataan ini sang Raja sangat puas dan bahagia selalu.
Atas keberhasilan Joko Tole dalam
membangun gapura itu, lalu dia diangkat menjadi perwira utama di istana
Majapahit. Di samping ahli bangunan, dia juga punya kemampuan sebagai prajurit.
Bahkan dia prajurit yang tangguh dan punya siasat yang baik. Mulai saat itulah
Joko Tole mendapat tugas dari Raja, bahwa dia sebagai pemimin prajurit, serta
siap menghadapi bila terjadi pemberontakan yang bertujuan ingin merongrong
kerajaan Majapahit. Joko Tole benar-benar prajurit yang tangguh, sehingga
setiap ada pemberontakan, maka ia mampu mengatasi, sehingga tidak sampai
berlarut-larut dan tidak pula memakan banyak korban. Melihat ketangkasan serta
kecerdikan dari Joko Tole, maka Raja sangat sayang kepadanya, sehingga
seringkali Joko Tole menerima hadiah dari Raja.
Di antara sekian banyak orang yang
ada dalam kerajaan tidak semuanya merasa simpatik terhadap Joko Tole, karena
Raja terlalu sayang kepada Joko Tole, sehingga di antara mereka ada yang iri
hati, bahkan mereka sempat menyebarkan berita. bahwa kesetiaan Joko Tole tidak
sesungguhnya, dia berjuang hanya ingin memperoleh hadiah, bukan untuk kemajuan,
kejayaan serta menguatkan posisi kerajaan. Kabar ini lama kelamaan terdengar
oleh Raja, dan memang pada mulanya raja ragu dengan kebenaran berita itu.
Tetapi raja mengambil keputusan untuk menguji kesetiaan Jpko Tole.
Ahirnya Joko Tole dipanggil ke
hadapan Raja. seraya berkata,” Hai Joko Tole, maukah kamu saya jodohkan dengan
putriku yang bernama Dewi Ratnadi? Hamba mau dijodohkan dengan putri Paduka.
Dan apakah nantinya kamu tidak menyesal, padahal putriku dalam keadaan buta.
Jawab Toko Tole; hamba tetap bersedia menikah dengannya. Joko Tole menjawab
dengan suara mantap serta meyakinkan dihadapan Raja. Dengan jawaban yang
langsung didengar Raja itu, maka Raja bersenang hati, karena kesetiaannya.
Ternyata berita yang berkembang di kerajaan ini, hanya kabar burung belaka.
Dengan jawaban yang meyakinkan itu Raja semakin percaya serta antusias
terhadap Joko Tole. Memang orang-orang merasa iri hati, sehingga membuat isu
dan memfitnah Joko Tole agar Raja tidak sudi, serta benci. sehingga Joko Tole
diusir dari kerajaan.
Selang beberapa hari kemudian pesta
perkawinan Joko Tole dengan putri Raja bernama Dewi Ratnadi berlangsung di
pusat kerajaan dengan begitu meriah. Saat berlangsungnya pesta pernikahan di
antara mereka ada yang komentar. Orang-orang yang benci kepada Joko Tole
mengatakan, bahwa pengantin yang bersanding itu sangat lucu, karena mempelai
putra tampan dan gagah, sementara mempelai putri dalam keadaan buta. Sedangkan
orang-orang yang senang kepada Joko Tole mengatakan, bahwa mereka tidak puas,
karena jasanya Joko Tole yang begitu besar terhadap kerajaan Majapahit ternyata
dinikahkan dengan putrinya yang buta. Dan menurut mereka yang senang kepada
Joko Tole. maka komentarnya Joko Tole wajar dan pantas, bila dijodohkan dengan
putri raja yang cantik itu.
Setelah pesta pernikahan usai, lalu
Joko Tole bersama istrinya minta izin kepada Raja untuk pulang ke Madura,
kemudian Raja memberi izin keduanya, sehingga berangkatlah menuju Sumenep yang
ada di pulau Madura. Kepergiannya diiringi oleh para prajurit dan para pembantu
wanita dari Dewi Ratnadi. Joko Tole menunjukkan kesayangannya ‘kepada’ istrinya
sekalipun dalam keadaan buta. Selama dalam perjalanan menuju Sumenep Joko Tole
tetap setia buktinya selalu mencarikan buah-buahan untuk istrinya tercinta.
Tidak menyangka, bahwa Joko Tole begitu sayang dan setia kepada Dewi Ratnadi,
kata istrinya tadi.
Setiba di pelabuhan Gresik, Joko
Tole besama istrinya berhenti perlu istirahat sampai beberapa hari. Di tempat
ini ramai sekali, karena tempat singgahnya bebeberapa perahu dari berbagai
negara. Setelah itu keduanya menyeberang laut menuju Kamal Madura. Sampai di
darat istrinya ingin inandi, sementara tidak ada sungai, maupun sumur, sehingga
Joko Tole sempat bingung di tempat itu. Saat itu Joko Tole, kemudian mengambil
tongkat Dewi Ratnadi, lalu ditancapkan dalam tanah, setelah dicabut tongkat itu
langsung keluar air dan menyemprotkan wajah Dewi Ratnadi. Dengan suara
keras Dewi Ratnadi teriak, mas Joko Tole sungguh aneh dan ajaib, saya sekarang
bisa melihat. Apa benar Dewi? Lihatlah kedua mataku, sekarang bisa melihat mas
Joko Tole. Joko Tole melihat kedua mata istrinya. ternyata benar terbuka
kedua-duanya dan bisa melihat. Perasaan gembira yang luar biasa dirasakan Joko
Tole. Keduanya bersyukur atas nikmat yang tidak terduga-duga datangnya. Setelah
selesai mandi, maka istrinya bisa berganti pakaian dengan sendirinya, karena
sudah bisa melihat. Air bekas tancapan tongkat tersebut akhirnya menjadi sumber
air yang sangat jemih dan bersih, sehingga tempat itu sampai sekarang disebut;
Soca, artinya mata. Dalam hal ini untuk mengingat kejadian yang benar-benar
ajaib.
No comments:
Post a Comment