Marmer umumnya tersusun atas mineral kalsit atau kalsium karbonat (CaCO3) dengan kandungan mineral minor lainya yaitu kuarsa, mika, klorit, tremolit, dan silikat lainnya seperti graphit, hematit, dan limonit. Nilai komersil marmer bergantung kepada warna dan tekstur.
Marmer yang
berkualitas sangat tinggi adalah marmer yang berwarna putih jernih, sebab
kandungan kalsitnya lebih dari 90%. Marmer yang berwarna abu-abu dihasilkan
dari kandungan grapit pada batuan tersebut, pink dan merah akibat adanya
kandungan hematit, kuning dan krem sebagai pengaruh dari kandungan
limonit. Berdasarkan besar butirannya, marmer bisa bertekstur halus hingga
kasar. Sifat lainnya yang berpengaruh terhadap kualitas marmer adalah
porositas, kekuatan regangan, dan ketahanan terhadap pengaruh suhu dan cuaca.
Marmer atau dikenal pula
dengan sebutan batu pualam adalah batuan hasil proses metamorfosis atau malihan
dari batuan asalnya yaitu batu kapur atau dolomit. Pengaruh temperatur dan
tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen menyebabkan terjadinya kristalisasi
kembali pada batuan tersebut membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi.
Akibat rekristalisasi tersebut akan menghilangkan struktur asal batuan
tersebut, sehingga membentuk tekstur baru dan keteraturan butir. Pembentukan mineral
ini di Indonesia yang sudah ditemukan adalah sekitar 30 – 60 juta tahun yang
lalu atau berumur Kwarter hingga Tersier. Marmer akan selalu berasosiasi
keberadaanya dengan batu gamping. Setiap ada batu marmer akan selalu ada batu
gamping, walaupun tidak setiap ada batu gamping akan ada marmer. Karena
keberadaan marmer berhubungan dengan proses gaya endogen yang mempengaruhinya
baik berupa tekanan maupun perubahan temperatur yang tinggi.
Untuk mengetahui
besarnya cadangan suatu tubuh marmer maka biasanya dilakukan eksplorasi
geofisika agar diketahui baik penyebaran horizontal maupun vertikal, kemudian
dibuat sumur uji dan pengeboran untuk mengetahui ketebalan lapisan. Untuk
mengetahui kualitas marmer di suatu lokasi maka diambil sampel yang diuji di
laboratorium baik fisika maupun kimia, secara mikroskopis.
·
Land clearing (pengupasan), yaitu kegiatan pengupasan lapisan
tanah dengan menggunakan buldozer dan ekskavator untuk menggali tanah yang
menutupi tubuh batuan guna menyiapkan kegiatan penambangan.
·
Kegiatan produksi, yaitu proses pemolaan, pemboran, pemahatan, dan seleksi tiap blok dan
mengangkutnya ke lokasi pengolahan selanjutnya.
Biasanya pemboran dilakukan dengan mengebor vertikal
sampai kedalaman 110 cm pada sisi panjang dengan ukuran 260 cm dan sisi lebar
(mendatar) sebesar 135 cm. Sedangkan pemahatan mendatar dimaksudkan untuk
melepas blok dengan ukuran standar 260 x 110 x 135 cm.
Kegunaannya sebagai bahan bangunan rumah atau gedung.
Penambangan marmer banyak ditemukan di Jawa Timur, Yogyakarta, Lampung, Papua
dan Sumatera Barat.
Metamorfosa adalah
suatu proses perkembangan biologi pada hewan yang melibatkan perubahan
penampilan fisik dan/atau struktur setelah kelahiran atau penetasan. Perubahan
fisik itu terjadi akibat pertumbuhan sel dan differensiasi sel yang secara
radikal berbeda.
Kristalisasi adalah
proses pembentukan bahan padat dari pengendapan larutan, melt (campuran leleh),
atau lebih jarang pengendapan langsung dari gas.
Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal
dari dalam bumi yang menyebabkan perubahan pada kulit bumi.
No comments:
Post a Comment